Biografi Rizal Ramli - Mantan Menko Kemaritiman Era Presiden Jokowi

Dikenal sebagai orang yang tidak suka akan penindasan, Rizal Ramli merupakan salah satu politikus yang sempat merasakan hotel prodeo dikarenakan ia menentang terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden yang berkuasa pada rezim Orde Baru. Lahir di Padang, 10 Mei 1953, Rizal Ramli  meniti karir di bidang politik bermula dari kegemarannya dalam berorganisasi sejak berada bangku kuliah. Kecintaannya terhadap organisasi bahkan ia kembangkan dengan melahirkan organisasi yang didominasi oleh para ekonom dalam menanggapi kebijakan-kebijakan ekonomi yang dibuat pemerintah Orde Baru.

ECONIT Advisory Group adalah nama organisasi ekonom yang didirikan Rizal bersama dengan ekonom lain seperti Laksamana Sukardi. Organisasi tersebut terkenal dengan organisasi yang sering mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah Orde Baru.


Ayahnya bernama Ramli yang bekerja sebagai wedana atau asisten camat dan ibunya bernama Rabiah yang bekerja sebagai seorang guru. Usia tiga tahun ia sudah dapat membaca. Rizal Ramli yatim piatu ketika usianya enam tahun.
Setelah ditinggal kedua orang tuanya, ia kemudian tinggal dan ikut bersama dengan neneknya di Bogor. Ia tinggal disana bersama dengan saudara dan juga sepupunya dan membantu neneknya untuk beternak ayam, baik itu ayam petelur ataupun ayam broiler dan ayam potong.

Rizal Ramli memulai pendidikannya dengan bersekolah di SD Hutabarat Bogor. Rizal Ramli sejak kecil hobi membaca dan banyak membaca buku-buku ketika ia tinggal di bogor. Setelah tamat SD, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP 1 Bogor dan kemudian masuk di SMA 2 Bogor. Saat di SMA, ia sempat bersurat ke luar negeri untuk meminta tambahan buku bacaan sebab ia sudah banyak membaca buku yang ada di perpusatakaan bogor.

Selepas tamat SMA, Rizal Ramli kemudian ingin melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Ia kemudian mendaftar di ITB (Institut Teknologi Bandung) dan kemudian di terima di jurusan Fisika. Hampir putus asa karena tidak dapat membiayai kuliahnya akhirnya Rizal Ramli kemudian pergi ke Kebayoran untuk bekerja di percetakan. Selama enam bulan ia bekerja disana, mengirit pengeluaran untuk mengumpulkan biaya kuliah dan tidak sempat mengikuti kuliah selama enam bulan.

Ketika uangnya sudah terkumpul, Rizal Ramli kemudian kembali ke Bandung dan kemudian melunasi uang muka dan biaya kuliahnya di ITB, dan sisa tabungannya ia pakai untuk biaya keperluan sehari-harinya. Enam bulan kemudian, uang simpanannya habis. Rizal Ramli kemudian memutar otak untuk mencari biaya untuk makan dan kuliahnya.

Karena pergaulannya yang sangat luas, Rizal Ramli banyak ditolong oleh teman-temannya, namun ia kemudian akhirnya minder jika selalu minta pertolongan. Akhirnya berbekal kemampuan bahasa inggrisnya yang bagus, ia kemudian mencoba menjadi penerjemah artikel ilmiah untuk dosen dan mahasiswa. Ia dapat mencukupi kebutuhan hidupnya dan kuliahnya dengan menjadi penerjemah di bantu oleh teman-temannya.

Selain menjadi penerjemah, Rizal Ramli juga menjadi pengajar untuk anak-anak ekspatriat yang ada di Bandung sehingga uang kuliahnya dapat selalu tercukupi. Selama kuliah di ITB, Rizal Ramli juga aktif dalam organisasi. Ia terpilih menjadi Presiden SEF ITB, dan juga menjadi Wakil Ketua Dewan Mahasiswa ITB dari tahun 1976 hingga 1977.

Memasuki tahun 1978, Rizal Ramli sebagai mahasiswa aktif mengkritisi pemerintahan Soeharto. Bersama dengan teman-temannya, ia menjadi tim penulis Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB yang isinya banyak mengkritik kebijakan otoriter pemerintahan Soeharto dan juga Praktik KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang terjadi di dalam keluarga Soeharto.

Diterbitkannya buku tersebut, membuat Soeharto ketika itu sangat marah. Meskipun buku tersebut dilarang beredar, namun ternyata Buku Putih Perjuangan Mahasiswa ITB yang disusun oleh Rizal Ramli dan kawan-kawannya bahkan terlah beredar di kampus-kampus lain bahkan sempat dimuat di koran dan majalah yang pada akhirnya koran dan majalah tersebut di beredel oleh pemerintahan Soeharto.

Buku tersebut juga diterjemahkan kedalam delapan bahasa asing oleh Prof. Ben Anderson dari Amerika Serikat. Hal ini membuat Rizal Ramli ditangkap dan kemudian dimasukkan di penjara Sukamiskin, tempat Soekarno dulu ditahan. Rizal Ramli ditangkap bersama dengan teman-teman mahasiswanya yang lain.

Selama di penjara Sukamiskin, ia lebih banyak membaca buku-buku yang dikirimkan oleh teman-teman kampusnya terutama buku-buku Ekonomi yang menjadikan ia lebih menyukai ekonomi. Ia juga sering bermain catur bersama dengan tahanan lain. Ditangkapnya Rizal Ramli membuat neneknya menjadi bersedih. Rizal Ramli kemudian dibebaskan selama setahun dipenjara.

Keluar dari penjara, Rizal Ramli tidak menyelesaikan kuliahnya di ITB. Ia kemudian mencoba untuk mencari beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Dengan berbekal rekomendasi dari Rektor ITB dan juga dari Adnan Buyung Nasution ketika itu, ia kemudian mencoba mendaftar beasiswa di Ford Foundation.

Setelah mendapatkan beasiswa, Rizal Ramli kemudian mencoba mendaftar di Boston University dan diterima di jurusan Ekonomi namun menjadi mahasiswa percobaan selama enam bulan disana di tahun 1980. Tanpa menikuti organisasi, ia mencoba fokus di kuliah. Nilai-nilai kuliahnya sangat bagus mengalahkan teman-teman kampusnya yang lain sehingga ia kemudian di terima secara penuh sebagai mahasiswa di Boston University. Rizal Ramli menyelesaikan kuliahnya selama satu setengah tahun saja dari yang biasanya yakni dua tahun.

Setelah menyelesaikan kuliah di jurusan Ekonomi di Boston Univesity, Amerika Serikat, Rizal Ramli kemudian kembali ke Indonesia dan bekerja sebagai seorang redaktur di Prima. Di tahun 1982, ia kemudian menikah dengan Herawati, pacarnya yang kuliah di jurusan Arsitektur ITB yang memberinya tiga orang anak.

Baca juga: Biografi Vladimir Putin - Presiden Rusia

Setelah menikah, Rizal Ramli kemudian melanjutkan kuliahnya lagi di Amerika Serikat setelah mendapat beasiswa dari kampusnya yang dulu di Boston University. Ia kemudian memboyong anak dan istrinya ke Amerika. Untuk mencukupi biaya hidup selama di Amerika, Rizal Ramli kemudian bekerja sebagai peneliti atau researcher di Boston. Istrinya bekerja sebagai Arsitektur di Boston dan juga sempat melanjutkan kuliahnya di Harvard School of Planning.

Pekerjaan yang mudah didongkrak dan menghasilkan pertumbuhan secara drastis membuktikan bahwa kinerja Rizal tidak bisa dianggap main-main. Berani, cepat, dan tanggap adalah ungkapan simbolis bagi sosok suami dari mendiang Marijani. Bahkan, tak segan-segan, saat Gus Dur menjabat sebagai presiden menggantikan BJ Habibie, lulusan Boston University ini lantas ditunjuk sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selama hampir satu tahun sebelum akhirnya diserahi tanggungjawab sebagai Menteri Keuangan menggantikan Prijadi Praptosuhardjo.

Saat menjabat sebagai Menteri Perekonomian, Rizal juga menduduki jabatan penting di beberapa perusahaan. Kinerjanya dinilai menguntungkan banyak pihak lantaran geliat semangatnya mampu mempengaruhi pemasukan devisa negara, terbukti dengan adanya kenaikan pada nilai ekspor Indonesia hingga mencapai 27%. Tak hanya itu, saat menjadi Kabulog, ia juga berhasil membawa keuntungan bagi Bulog meski ia hanya memimpin selama 15 bulan. Selama menjadi Kabulog, Rizal berhasil memberikan terobosan baru yang seketika mendongkrak nilai perekonomian Bulog hanya dalam kurun waktu enam bulan. Di bawah tangan dinginnya, ia membuat Bulog menjadi sebuah instansi yang lebih transparan dan accountable, misalnya dengan penghapusan rekening off-budget menjadi on-budget yang mengakibatkan angka surplus yang cukup tinggi bagi Bulog. Jelas saja itu merupakan suatu prestasi setelah krisis moneter yang melanda Indonesia pada 1998.

Mei 2001, saat mantan dosen Program Magister Manajemen Fakultas Pasca Sarjana UI menjabat sebagai Menteri Perekonomian ini juga membuat terobosan lain dengan mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT Telkom dan PT Indosat. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operator. Dengan terobosannya itu, banyak pihak menilai bahwa langkah yang dilakukan Rizal adalah langkah yang tepat sehingga dapat memberikan keuntungan bagi negara.

Setelah ia kemudian ditunjuk menjadi komisaris utama di Bank BNI namun belum cukup enam bulan di BNI, Rizal Ramli kemudian di tunjuk oleh presiden Jokowi sebagai Menko Kemaritiman dibulan Agustus 2015, selama menjabat sebagai Menko Kemaritiman, Rizal Ramli lebih banyak mengritik pedas kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Jokowi sehingga menimbulkan kegaduhan dalam kabinet kerja yang dibentuk oleh Joko Widodo. Rizal Ramli menjabat sebagai Menko Kemaritiman hingga Juli 2016. Rizal Ramli merupakan satu-satunya ahli ekonomi dari Indonesia yang dipercaya menjadi penasehat ekonomi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Nama Lengkap : Dr. Rizal Ramli
Tempat / Tanggal Lahir : Padang, Sumatera Barat, 10 Desember 1954
Istri :
  • Herawati Moelyono (alm.)
  • Marijani (Liu Siaw Fung) (alm.)
Anak :
  • Dhitta Puti Saraswati
  • Dipo Satria
  • Daisy Orlana Ramli
Orang Tua : Ramli (Ayah), Rabiah (Ibu)
Agama : Islam
Pekerjaan : Ekonom, politisi

Pendidikan
  • S-1 Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Bandung.
  • Doktor Ekonomi Boston University (1990)
Karir
  • Presiden Komisaris PT Semen Gresik Tbk, 2006-2008
  • Menteri Keuangan Republik Indonesia, 2001
  • Menteri Koordinator Bidang Perekonomian republik Indonesia, 2000-2001
  • Kepala Badan Urusan Logistik (Kabulog), 2000
  • Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
  • Menteri Koordinator Kemaritiman Republik Indonesia, 2015 - 2016
Baca juga:

Popular posts from this blog

Biografi Sri Mulyani - Menteri Keuangan Republik Indonesia

Biografi Howard Schultz - Pemilik Kopi Starbucks

Biografi Recep Tayyip Erdogan - Presiden Turki